Kamis, 01 Oktober 2009

jendela

Waktu kecil aku selalu berteman dengan jendela di pagi hari yang basah..Karena tepat diseberang jendela, rimbun pohon yang dihuni sekawanan burung yang bergembira akan melepaskan suaranya yang ramai..
Waktu itu pagi memiliki cita rasa yang sangat istimewa dan sensasional..kerap aku mematung di bidang yang menjadi sekat antara ruang kamarku dan halaman rumah yang…
Di pagi hari jendela akan mempertemukan wajahku yang kusut dengan binar matahari yang menerobos hingga ke dindingkamar..lalu aku berusaha mengidentifikasi dunia di luar jendela dan mencoba menjadi bagian darinya..
Pada waktu, tempat, dan situasi yang tak sama, sekat itu memberi efek serta pesona yang tak sama…Jika di masa kecilku jendela akan mengantarkan pada permai kehidupan nan anggun, dan menjadi pertautan sakral antara jiwaku dengan alam. Pagi ini, di balik jendela aku menuliskan matahari yang murung..diantara klakson yang bertempur mencari jalan,dengan gerutu para para pejalan kaki di trotoar, atau dengan deru mesin yang menelan ketentraman..
Kali ini, jendela di pagi hari mempertemukan aku dengan pagi yang sumbang..karena burung burung itu pergi ke timur dan mereka bertengger di atap pabrik..
Dan..jendela pagi ini memberiku cita-cita untuk berlari ke masa lalu….

Kamis, 17 September 2009

catatan cinta buat bapak

pada usiamu yang senja,selayaknya waktu kau tampung dengan rebah lelah buah panjang perjalanan yang kau taklukan dengan gemilang, dengan warna warni hidup yang telah kau taburkan. Hidup tak semestinya kau tafsir sebagai rentang pertarungan yang abadi.

getar suaramu mulai retak, tapi sungguh tak merusak citra kata yang acap mendobrak.
telingamu sudah tak lengkap menangkap suara dikejauhan... tapi kau tetap mampu mendengar suara anak anakmu yang tersembunyi....
matamu kian tersembunyi dibalik keriput yang mengkerut disudutkan waktu....
tapi pandanganmu masih mengiring nan anggun
aku percaya jiwamu akan semakin kuat mengindera kehidupan yang tak tenang....

bapak melewati tajam perjalanan bukan dengan tanpa cedera, aku seperti juga anak anak yang kau tanam dari cinta yang luhur acap membuatmu tertatih, tapi aku yakin kau tak pernah merintih...
kau membuatku menjadu anak anak yang tumbuh dalam hasrat...
kau membaptisku menjadu anak anak yang bermimpi...
dengan tubuh yang getas bapak masih mendayung kehidupan seolah bapak menerjang bandang yang menyerang...
betapa diam adalah binasa...... dan berhenti melemahkan, katamu... aku paham itu akhirnya...

bapak..
aku rindu kita duduk berhimpun, berceritera, atau untuk sekedar mendengarmu berdendang tentang negeri para binatang ..selalu ada petuah langit yang menetas dari setiap cerita yang kau dendangkan..dan kau serupa sang nabi yang dikelilingi sekumpulan jiwa yang sesat...nun jauh disana ada seekor kura kura yang mampu melawan keterbatasan, atau sang kancil yang cerdik menyelamatkan diri dari maut ke maut, atau seekor kera yang luput menerka kegagalan...dan burung yang mencintai langit..
aku suka suka setiap penggalan cerita itu... kerena ternyata...aku tersadar jika bapak layaknya seekor kura kura yang mampu berlari kencang melampaui keterbatasan, bapak adalah kancil yang tak gentar di kurung taring. yang lembut mengatup rahang segala dendam...

pak..
aku sangat rindu saat rumah ini menjadi sesak dengan tangis dan tawa yang menjadi sepadan dalam memberi kenangan bahagia..
adakah kau terlelap..karena tak ada riuh gaduh anak anak yang membangunkan tidurmu, rumah ini sekarang hanya menjadi ruang kosong yang memantulkan beragam peristiwa

aku hanya bisa meletakan rindu ini pada sebuah catatan yang sunyi....

Minggu, 13 September 2009

suntuk

kutuk saja.....
jika malammu tiba dengan bedebah..
ia tak bisa mencumbuimu... atau memanggil tubuhmu terlentang...
karena kita terbiasa dengan benderang terang yang mencumbui dan memanggil tubuh kita untuk membentang di bawah matahari.. yang tak pernah membakar atau membuat kita berlari...
esok kutemui kau disana.....

Sabtu, 25 Juli 2009

Kenang

Terlalu pagi kau bersembunyi dari matahari
Sementara kau tak cukup puas mengenali teriknya langit
ma’af jika aku tak pernah bisa menjawab butir air matamu yang mengering sebelum kau usaikan cerita..
Bahkan senyumu pun aku tak pernah bisa membahasakannya…
aku tak pernah tahu jika saat itu aku sedang dihampiri gigil tubuhmu yang berceritera tentang kematian…
tapi Kau tangkas dalam memerdekaan dirimu dari ketakutan..
Aku tak sempat membaca lembaran luka yang lalu tuntas di bawah nisan.....

Sabtu, 23 Mei 2009

Gerimis


malam ini awan menangisiku di sepanjang jalan menuju rumah, derasnya membuat tubuhku menyimpan kuyup yang tebal hingga aku tiba di beranda rumah.. aku tak pernah ingin berhenti meski sejenak berharap langit mau berbaik hati dan berhenti menangis. Aku tahu langit tak akan mengering sampai aku tiba di sini dan mengutuk basah. beruntung Tubuhku telah memiliki sistem pertahanan yang telah menyelamatkan aku dari musim ke musim……

Esok hujan bahkan tak akan membuatku bangkit lebih lambat di pagi yang tak cerah ..atau akan membuatku bersembunyi seperti katak yang mencari gelap di sudut kamar….
masih ada Kopi kadaluarsa, berbatang rokok, serta gitar untuk lagu yang tak pernah usai kutuliskan karena musik di radio selalu saja menyela setiap gagasan yang terbit dengan tiba –tiba di kepalaku..

Malam ini aku malas melepas lembab di bajuku karena kopi hangatpun masih bisa membuat temperatur tubuhku meningkat lebih cepat dan mengusir lembab di tubuhku…. Oh tuhan, pun aku malas untuk menuang air ke dalam cangkir yang rengat.

Biasanya saat saat seperti ini kantuk akan menggusurku lebih cepat ke dasar mimpi, kamar kubuat remang dengan sepotong kaus yang mengurung pijar lampu. langit - langit menjadi suram, di atas lampu.. sembarang jaring laba-laba yang terselamatkan bergelayut cemas, di selimuti debu yang kusam. aku muak dengan ruang sempit ini, entah karena kamar atau perut yang lapar yang membuatku gusar, atau karena butir air yang menyelinap dari genting kamar jatuh berantakan di lantai kamar.

tapi akhirnya aku lelap dan berhenti menggerutu pada wajah kamar yang luka.....

Kamis, 26 Maret 2009

di remang kamar


pagipun kembali bangkit dengan pijar yang menetas dari kesendirian, remang lampu masih membimbing mataku untuk tetap terjaga dan menelantarkan mimpi di langit-langit kamar tempat aku biasa berbagi jika sunyi menjenguk malam-malamku yang resah...
selalu ada penat terpahat seperti butir kerikil yang membuat otakku enggan menjadi tumbuh..mungkin karena kisah kusam yang ku panggil dari masa lalu, atau karena celotehmu masih menghuni pikiran yang membuat hatiku menjadi rimbun oleh rindu yang membuat malamku menjadi panjang penuh debar...atau mungkin hanya karena sebatang rokok yang hilang ditanam di jantungku....

aku menuliskan sepiku pada hamparan langit yang mengirim gerimis ke atap kamarku, sebagian jatuh dan mencari sungai,lainnya merenung di sumur-sumur dan mengawini tanah...

pagipun bergegas naik .. aku masih merayu mataku agar tetap terjaga meski hanya untuk berbait syair yang belum kutuliskan...padahal, di ketinggian, langit telah memanggil pendar matahari... menghimpun sekumpulan awan yang tenang ...

pagipun kembali bangkit.. dengan syair yang menetas dari kesendirian.....


25 Maret 2009

Rabu, 11 Maret 2009

Catatan Kematian Seorang Sahabat………………

Empat tahun yang lalu aku berjumpa dengan keremajaanmu…tak ada sorot kematian yang mengintai masa mudamu yang penuh dengan catatan hidup yang tebal, dulu kau masih saja mengantarkan wajahmu pada tiap langit senja di halaman rumah dengan setebal alis yang tegas, karena rambut yang biasa menutupinya kau ikatkan, hingga kau biarkan aku menyunting lehermu yang jenjang..

senja itu kau mengenalkanku pada impian-impian mudamu, nikmat kita mengurai percakapan di tiang sungai yang tak pernah berhenti bergemuruh, aku sangat terbiasa mengenal kesederhanaanmu di sana
dijalan itu kau masih saja berlalu diantara kerumunan orang orang yang lelah,,,deras peluh siang hari tak pernah membuatmu gaduh..panjang tubuhmu kerap menerobos lalu lintas orang-orang disana membuatku gentar menatap semangat dibaliknya..

banyak kisah tersimpan dan tak terujarkan jauh bersemayam di kedalaman hatiku.. aku menyimpannya dalam dalam, aku membiarkannya menjadi senyap..meski ruang dalam diriku selalu menerka hal yang sama dalam dirimu…aku tak pernah tahu kapan harus aku tuntaskan kemunafikan ini, aku hanya mem biarkan rahasia hatiku terurai dari mata yang menatapi wajah ovalmu, dari caraku menyapamu dalam keheningan malam , atau dari caraku menuntun hatimu untuk menemukan sungging senyum bahagia dari hatiku yang dilahirkan dari persenggamaan kata – kata…dan aku selalu takut melontarkannya menjadi kalimat – kalimat cinta…

aku tak pernah ingin membuat perjalanan ini menjadi begitu berliku…meski aku tau kau mulai bosan membaca peta perjalanan yang samar…sementara kau tak bisa mengusir harapan ibumu yang selalu singgah di sela percakapan ,,,sampai kau menemukan gerbang perjalanan hidup dari bahu seorang lelaki yang memecah kegamangan…. Meski selalu saja liku perjalanannya mengancam kebahagiaan yang tak pernah kau yakini akan lahir bersamanya… tapi kau selalu berharap “semoga”….. dan itu adalah kalimat terakhir yang giat kau lontarkan sebelum akhirnya kau tak akan pernah bisa mengatakannya selamanya……..

kau bergelut dengan impian dan kematian, bahkan pada saat kau harus berusaha tersenyum di pelaminan yang memberimu impian….. dan kau melakukannya dengan tegar…
aku tak bisa meneladani kekuatan dalam batinmu itu….
aku tinggalkan cerita ini seperti kau yang kini meninggalkan kehidupan yang samar bagiku,,,, pada saat aku takut mengurai perasaan, kau memeberiku rahasia yang termaktub dalam hatimu, hingga aku hanya bisa tuliskan ini dalam sejarah kisah lebam dalam hidupku, aku terlambat meyakinkanmu bahwa aku memiliki perih yang sama…aku memiliki impian yang sama… dan aku memiliki cinta yang sama….

Beristirahatlah dengan tenang….…. mungkin karena kebahagiaan disana harus lebih cepat kau dapatkan, hingga Tuhan harus menjemputmu dari kehidupan yang samar

Selamat Jalan ka………………………………..

Senin, 09 Maret 2009

selamat pagi

jika langit memanggil mentari yang tertidur di gunung gunung....
juga ia memanggilmu untuk tumbuh lebih cerah di pagi yang indah...

Minggu, 22 Februari 2009

dunia di matamu

kau melahirkan jiwaku di sebuah telaga….
seperti perahu yang mengabdi pada arah angin…
jiwaku mengabdi pada nyanyian yang tersembunyi di balik matamu….
aku ingin membuatkan sebuah telaga di benakmu..
mesti kelak kau keringkan kisahnya….
senyumu tak pernah bisa menghardik mataku untuk menghindari sunggingnya…
karena ia lebih tajam dari matahari yang membakar tubuh kita siang ini…..

kenang

Kau terlalu pagi untuk bersembunyi dari matahari

Sementara wajahmu masih lebih hangat darinya….

Ma’af aku tak pernah bisa menjawab air matamu

Bahkan senyumu pun aku tak pernah bisa membahasakannya…

Kerap aku dihampiri gigil tubuhmu yang berceritera tentang kematian…

Kau tangkas dalam memerdekaan dirimu dari ketakutan..

Aku tak pernah belajar dari celotehmu yang giat menetaskan perasan