Minggu, 12 Januari 2014
Kita, DIsuatu Ketika
Adalah Seorang perempuan penuh gegas memintas perjalanan.. pada sebuah jeda persinggahan tanpa kata dan tak menyimpan banyak gejolak. Aku mengenal keriangan yang lalu terurai dalam percakapan yang begitu ringkas. Kita pernah duduk menantang senja yang bertelaga, memanggil angin yang jatuh dipunggung dan menyapu rambutmu yang juntai.. dalam gigil itu, kau masih saja menyimpan sepasang pandang yang sempurna menyimpan rahasia….
Lekas kubawa degupnya ke pintu rumah, menuju hangat kopi meredam debar yang mengepung dada..indah rasanya membincang cita cita yang kita rekat dalam kisah kisah di atas meja, mendedah dunia di suatu ketika yang nikmat kita pahat dalam banyak raka’at… kita menemukan cara untuk tertawa, menemukan simponi dan berbagi kidung bersama rimbun daun yang menggoda di seberang jendela…
Dan aku rindu pada dawai yang berdenting dari gitar yang kurapikan jemarinya……. menjaga nada di tempat yang tak pernah lentik jarimu beranjak….namun, suaraku tak anggun untuk bisa mengindahi keheningan yang kau sedekahi nada,.. ia menjadi sepotong cerita tentang lagu yang tak usai di tungkai malam yang lunglai…. Menuntaskan sisa hari yang menggantung di ujung jarum jam, pada sebuah malam yang lain, tanpa lagupun kau telah menjelma menjadi irama ... bersenandung di malam yang masih nanap….
Sebelum kita sua dengan hidup yang menghujam hari hari kita dengan tajam, mari sejenak kita kenang persinggahan itu.. karena segala keriangan itu sejatinya kita simpan.. untuk kita panggil pulang dalam ingatan, atau untuk sekedar kita pacak menjadi sajak...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar