Sabtu, 23 Mei 2009

Gerimis


malam ini awan menangisiku di sepanjang jalan menuju rumah, derasnya membuat tubuhku menyimpan kuyup yang tebal hingga aku tiba di beranda rumah.. aku tak pernah ingin berhenti meski sejenak berharap langit mau berbaik hati dan berhenti menangis. Aku tahu langit tak akan mengering sampai aku tiba di sini dan mengutuk basah. beruntung Tubuhku telah memiliki sistem pertahanan yang telah menyelamatkan aku dari musim ke musim……

Esok hujan bahkan tak akan membuatku bangkit lebih lambat di pagi yang tak cerah ..atau akan membuatku bersembunyi seperti katak yang mencari gelap di sudut kamar….
masih ada Kopi kadaluarsa, berbatang rokok, serta gitar untuk lagu yang tak pernah usai kutuliskan karena musik di radio selalu saja menyela setiap gagasan yang terbit dengan tiba –tiba di kepalaku..

Malam ini aku malas melepas lembab di bajuku karena kopi hangatpun masih bisa membuat temperatur tubuhku meningkat lebih cepat dan mengusir lembab di tubuhku…. Oh tuhan, pun aku malas untuk menuang air ke dalam cangkir yang rengat.

Biasanya saat saat seperti ini kantuk akan menggusurku lebih cepat ke dasar mimpi, kamar kubuat remang dengan sepotong kaus yang mengurung pijar lampu. langit - langit menjadi suram, di atas lampu.. sembarang jaring laba-laba yang terselamatkan bergelayut cemas, di selimuti debu yang kusam. aku muak dengan ruang sempit ini, entah karena kamar atau perut yang lapar yang membuatku gusar, atau karena butir air yang menyelinap dari genting kamar jatuh berantakan di lantai kamar.

tapi akhirnya aku lelap dan berhenti menggerutu pada wajah kamar yang luka.....